Antropometri Ukuran Tubuh (Body Size) pada Orang Dewasa
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran
yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit,
tinggi lutut, dan lingkar perut. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri
sendiri untuk menentukan status gizi disbanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan ukuran seperti BB/U, BB/TB, TB/U
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh
manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran
persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai
terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1
percentile sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam
perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang
memakainya.
Antropometri adalah pengukuran dimensi fisik tubuh manusia pada usia
yang berbeda Antropometri adalah kesehatan anak yang efektif dan sering
dilakukan dan gizi skrining nilai procedure.The data pertumbuhan fisik
tergantung pada akurasi dan reliabilitas, bagaimana mereka dicatat dan
diinterpretasikan, dan apa tindak lanjut upaya yang dilakukan setelah
identifikasi gangguan pertumbuhan.
Antropometri adalah ilmu pengukuran dan seni aplikasi yang menetapkan
geometri fisik, massa sifat dan kemampuan kekuatan tubuh manusia (Leilanie dan
Prado, 2007). The antropometri Data memberikan informasi penting dalam produk /
peralatan dan tempat kerja / workstation desain (Hanson et al, 2009.; Tayyari,
2000).
Data antropometri dianggap lebih kritis dalam merancang untuk sekelompok
penduduk yang beragam seperti di Malaysia di mana ia melibatkan tiga kelompok
etnis utama. Serupa dengan Lin et al. (2004) studi, itu akan menarik untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam berarti dimensi
tubuh dan proporsi tubuh ini tiga etnis. Namun, ada kekurangan yang cukup Data
antropometrik yang melibatkan para etnis di Malaysia. Hal ini mungkin karena
alasan pengeluaran tinggi dan waktu mengkonsumsi aspek dalam menjalankan data
antropometri proses pengumpulan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan data antropometri di Malaysia. Itu Tujuan dari studi
ini adalah untuk mengembangkan antropometrik database untuk Melayu, Cina dan
India dewasa di Malaysia. Tujuan kedua adalah untuk identitas statistik
signifikan antara sarana antropometri dimensi antara ketiga etnis dan tujuan
ketiga adalah untuk mengidentifikasi mana perbedaan berbohong dan tingkat
signifikansi dalam tiga etnis.
Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti
berat, tinggi badan, dan ukuran, termasuk ketak ketebalan, keliling, panjang,
dan breadths. Antropometri adalah komponen kunci dari penilaian status gizi
pada anak-anak dan orang dewasa (1). Antropometrik data untuk anak mencerminkan
status kesehatan umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan perkembangan dari
waktu ke waktu. Pada orang dewasa, tubuh data pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi status kesehatan dan diet, risiko penyakit, dan perubahan
komposisi tubuh yang terjadi selama umur dewasa. Laporan ini menyediakan data
referensi antropometrik untuk anak-anak AS dan orang dewasa dari segala usia
dilakukan di pusat-pusat pemeriksaan mobile. Pusat-pusat penelitian yang
dikelola oleh penuh-waktu personil, termasuk teknisi kesehatan yang memperoleh
pengukuran tubuh dari peserta survei. Semua teknisi kesehatan NHANES
menyelesaikan pengukuran tubuh program pelatihan komprehensif yang digunakan
rekaman video, demonstrasi, dan latihan praktek dengan pemeriksa ahli.
Kesehatan kinerja teknisi dipantau dengan cara pengamatan langsung, review
data, dan penilaian para ahli pemeriksa.4
Evaluasi yang akurat dari status gizi harus termasuk perkiraan
kompartemen tubuh (massa lemak bebas dan massa lemak) dengan metode
instrumental seperti bioelectrical impedansi analisis dan dual X-ray
absorptiometry (Enzi et al. 1997). Namun demikian, dalam praktek klinis dan
survei epidemiologi, komposisi tubuh dapat tidak langsung diperkirakan oleh
pengukuran antropometri, yang non-invasif, mudah dan murah untuk mengumpulkan.
Proses pengumpulan melibatkan modifikasi dalam gizi dan fisiologis status, seperti
penurunan berat badan dan tinggi (Dey et al. 1999), dan pengurangan massa lemak
bebas terkait dengan peningkatan massa lemak. Selain itu, redistribusi jaringan
adiposa terjadi dengan akumulasi di batang dan situs visceral (Steen, 1988;
Schwartz, 1998). Tubuh terjadi perubahan komposisi berbeda pada pria dan perempuan dan dalam berbagai tahapan penuaan, mempengaruhi antropometri.
Akibatnya, standar antropometrik nilai-nilai yang berasal dari populasi orang
dewasa mungkin tidak berlaku untuk orang tua.
Non-patologis faktor yang mempengaruhi distribusi antropometrik
karakteristik, seperti usia, jenis kelamin dan wilayah geografis, harus
diperhitungkan. WHO Komite Ahli Status Fisik menekankan perlunya lokal gender
dan nilai-nilai referensi usia tertentu untuk lansia.
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Penilaian
status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang
dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri
relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran
antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk
pelaksananya.[1][6]
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam
pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks antropometri
yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan penggunaan indeks
tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.6
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari
sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan
cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan
tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold)
diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1
Istilah
Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri”
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai
suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar)
berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.2
Data antropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal
perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti
mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk
konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang
akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut.2
Secara umum, antropometri artinya ukuran
tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian
istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body
Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966
yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi
dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat
nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan
ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa
tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk
anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang
berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat
pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami.3
Antropometri
merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan
ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing.
Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic
screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi
tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih
menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya
mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.3
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa
berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak,
remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan
pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang
terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.
Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
Rumus perhitungan IMT:
IMT merupakan alat yang sangat sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U
hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko
kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.1
Tabel
2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:[2][7]
|
Kategori
|
IMT
|
|
|
Kurus
|
Kekurangan BB tingkat berat
|
< 17,0
|
|
Kekurangan BB tingkat ringan
|
17,0 - < 18,5
|
|
|
Normal
|
18,5 – 22,9
|
|
|
Gemuk
|
Kelebihan BB tingkat ringan
|
23 – 24,9
|
|
Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I)
|
> 25 – 29,9
|
|
|
Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)
|
> 30,0
|
|
Sumber. Sirajuddin 2012.
Indeks massa
tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk
menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait
dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus
tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas
meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular
kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada
semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal,
gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya,
dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan
atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena
penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan
berat badan. Maka perluh mempertahankan berat badan normal.7
Berat badan merupakan
ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah
2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan
klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah
protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung
meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi
penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6
Penimbangan (berat badan)
adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang
memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk.
Berat badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan
ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.[3][8]
Alasan mengapa pengukuran berat badan
merupakan pilihan utama:6
- Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
-
Memberikan gambaran status gizi sekarang,
jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan.
-
Umum dan luas dipakai di Indonesia.
-
Ketelitian pengukuran tidak banyak
dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
-
KMS yang digunakan sebagai alat yang baik
untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
-
Karena masalah umur merupakan faktor
penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah
dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
-
Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan
dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh
masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat
yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan
parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang,
jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting,
karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur
dapat dikesampingkan.6
Mengukur
Berat Badan Mengukur
Tinggi Badan
2. Prediksi Tinggi Badan
Mengukur Tinggi Lutut instrumen portabel
pengukuran perangkat tinggi lutut (KHMD), juga dirancang untuk mengukur
pertumbuhan jangka pendek dari kaki bagian bawah. Perangkat ini lebih murah dan
lebih mudah digunakan daripada knemometer tersebut. Sekali lagi, pengukuran
yang diambil pada saat anak duduk. Kursi yang digunakan dengan perangkat ini
harus memiliki ketinggian kursi 33 cm dan panjang 26 cm kursi. Tinggi lutut sangat berkorelasi dengan tinggi dan dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi badan pada orang dengan kelengkungan tulang belakang yang
parah atau yang tidak mampu untuk berdiri. Tinggi lutut diukur dengan kaliper
yang terdiri dari tongkat pengukur disesuaikan dengan pisau melekat pada
masing-masing dan pada sudut 90O C.[4][9]
Faktor tambahan yang harus
dipertimbangkan ketika memilih indeks atau kombinasi dari indeks, termasuk
ketersediaan equitment pengukuran yang akurat, pelatihan penguji untuk Cellect
informasi yang akurat dan menafsirkan hasilnya benar, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pengukuran. Akhirnya, sering diabaikan adalah biaya tidak
mengidentifikasi anak-anak kekurangan gizi atau salah mengidentifikasi
anak-anak cukup gizi seperti kurang gizi.9
Perkiraan parameter farmakokinetik dan
evaluasi status gizi bergantung pada pengukuran yang akurat tidak, hanya berat
badan tetapi juga tinggi badan. Namun, sejumlah penyakit dapat menyebabkan
kesulitan dalam pengukuran tinggi badan secara akurat. Oleh karena itu,
berbagai rumus berdasarkan tulang yang tidak berubah panjang telah
dikembangkan. Metode-metode termasuk tinggi lutut, panjang lengan dan setengah
rentang tangan.7
Tinggi
lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah ini digunakan
untuk individu yang 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau
memiliki kelainan bentuk tulang belakang.7
Rumus nya yaitu :7
Female: Height in cm = 84.88- 0.24 x
age) + (1.83 x knee height) – x 1,2
Male : Heigt in cm = 64.19 – (0.04 x
age) + (2.02 x knee height).
3. WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
Pengukuran rasio lingkar
pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan
penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu
diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran
lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena
penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di
indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek
berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan
pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar
pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian
0,1 cm.[5][10]
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak
bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan
adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar
pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap,
karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.7
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan
dengan penyakit kardiovaskular.7
Rumus
Menghitung Nilai WHR:7
Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif
berdasarkan pengukuran WHR pada jenis kelamin dan kelompok umur:7
|
Jenis kelamin
|
Kelompok umur
|
Resiko
|
|||
|
Low
|
Moderate
|
High
|
Very high
|
||
|
Pria
|
20-29
|
< 0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
> 0,94
|
|
30-39
|
< 0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
> 0,96
|
|
|
40-49
|
< 0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
> 1,00
|
|
|
Wanita
|
20-29
|
< 0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
> 0,82
|
|
30-39
|
< 0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
> 0.84
|
|
|
40-49
|
< 0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
> 0,87
|
|
Sumber. Sirajuddin 2012.
4. Lingkar Perut (LP)
Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah
dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih
dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.8
Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam
menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.8
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat
berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.1
Tabel 5: Standar Obesitas sentral
berdasarkan Lingkar Perut.1
|
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
|
WHO 2000
|
94 cm
|
80 cm
|
|
Eropa
|
102 cm
|
88 cm
|
|
Asia Pasifik
|
90
m
|
80 m
|
Sumber:
WHO
5. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas merupakan
salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat.
Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.7
Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran
LiLA:7
|
Klasifikasi
|
Batas Ukur
|
|
Wanita Usia Subur
|
|
|
KEK
|
< 23,5 cm
|
|
Normal
|
23,5 cm
|
|
Bayi Usia 0-30 hari
|
|
|
KEP
|
< 9,5 cm
|
|
Normal
|
9,5 cm
|
|
Balita
|
|
|
KEP
|
< 12,5 cm
|
|
Normal
|
12,5 cm
|
Sumber: Sirajuddin, 2012.
LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan:8
1. Status KEP pada
balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:6
- Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai
untuk digunakan di Indonesia.
- Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
- Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang
sensitif untuk golongan dewasa.
6. Tebal Lipatan Kulit
Semua
pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan
diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks
antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk
mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan
untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh
dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah
kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular,
suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.1
Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold
menggunakan persamaan secara umum atau kelompok tertentu.1
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%)
terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan
oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran
kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total
terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah
satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak
tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.7
Rumus
menghitung tebal lemak bawah kulit:7
Laki-laki 18-27 tahun
Db = 1,0913 –
0,00116 (trisep + scapula)
% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
Wanita 18-23 tahun
Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar
Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:7
|
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
|
Lean
|
< 8 %
|
< 13 %
|
|
Optimal
|
8 – 15 %
|
14 – 23 %
|
|
Slightly overfat
|
16 – 20 %
|
24 – 27 %
|
|
Fat
|
21 – 24 %
|
28 – 32 %
|
|
Obesitas
|
25 %
|
33 %
|
Sumber. Sirajudin 2012.
BAB III
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
1.2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi
Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Kompas.
2. Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status
Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita
Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran.
XI : 678-745.
3. Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi
tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
4. Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang
berbeda etnis di Malaysia.
5. Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric
measurements in the elderly: age and gender differences.
6. Supariasa, dkk. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus